Biografi Joseph Schumpeter
Schumpeter lahir di Moravia tahun 1883 – tahun yang sama dimana Marx meninggal – di suatu tempat yang saat itu masuk ke dalam wilayah kerajaan Austro-Hungaria. Dia adalah keturunan generasi entrepreneur.[2] Ayahnya meninggal ketika ia masih kanak-kanak. Ibunya kemudian pindah ke Vienna dan di sana ia menikahi seorang perwira militer aristokrat. Sang Ibu menyekolahkan anak satu-satunya itu ke sekolah menengah paling bergengsi di kota itu bersama anak-anak aristokrat dan borjuis kelas atas. Latar belakang inilah, dan juga fakta bahwa ia seorang Katolik (meski secara kelahiran, bukan secara praktek) yang saat itu merupakan agama mayoritas, membuatnya terbiasa berada di kalangan kelas atas masyarakat Vienna.
Di Universitas Vienna dan Berlin, Schumpeter mempelajari Sejarah, Sosiologi, Ekonomi dan Hukum. Ia kemudian masuk ke London School of Economics, dimana ia mempelajari Etnologi dan mulai menyukai karya-karya pakar Eugenetika Inggris seperti Francis Galton dan Karl Pearson. Keduanya telah membantu Schumpeter mengembangkan isu-isu untuk menjelaskan pencapaian agenda ilmu-ilmu sosial.
Setelah lulus dengan gelar Hukum dari Universitas Vienna, Schumpeter pindah ke Kairo. Di sela-sela waktu luangnya, dia menulis buku tentang teori-teori Ekonomi. Buku yang kemudian membuatnya bisa mengajar di Universitas Austria. Tahun 1911, di usianya yang ke-26, dia dianugerahi gelar profesor di Czernowitz, Bukorina. Menginjak usianya yang ke-30, Schumpeter telah menerbitkan 4 buku. Dia juga mulai menjadi kontributor Archiv für Sozialwissenschaft und Sozialpolitik, jurnal ilmiah sosial terpenting di Jerman yang saat itu dipimpin oleh Max Weber sebagai penyunting utama dan banyak membincang tentang Eropa. Tahun 1921, ketika pengurus jurnal itu diubah setelah kematian Weber, Schumpeter menjadi salah satu dari 3 penyuntingnya.[3]
Jalan Schumpeter Menuju Konsep Entrepreneurship
Schumpeter tumbuh di lingkungan intelektual sosialis, tapi pemikirannya cenderung kapitalistik. Jerry Z. Muller mencantumkan nama Schumpeter dalam bukunya The Mind and the Market (2002) karena sumbangsih pemikiran Schumpeter terhadap Kapitalisme. Schumpeter sebenarnya sangat tertarik dengan Sosialisme. Ia heran dengan daya tarik sosialisme yang begitu memikat massa bahkan elit intelektual dan sepanjang hidupnya ia berusaha membuktikan kelemahan sosialisme. Ia memulai kehidupan intelektualnya pada masa dimana partai-partai Sosialis Austria dan Jerman sedang naik daun. Dia mengenal intelektual-intelektual sosialis paling berpengaruh pada masanya dan dia memelihara hubungan itu sepanjang hidupnya.
Salah satu ciri paling menohok dari pemikiran Eropa akhir dekade abad ke-19 dan awal dekade abad ke-20 adalah penekanan baru tentang signifikansi elit (golongan atas). Peran elit ini jadi tema yang sangat penting di abad ke-19, seiring usaha orang-orang liberal untuk menciptakan kondisi legal yang bisa membuat kreativitas dan kemampuan superiornya muncul dan memainkan pengaruh yang lebih dominan. Nietzsche bisa dikatakan merupakan pusat di balik gelombang baru teori ini.
Dua tema utama yang menjiwai pemikiran-pemikiran Schumpeter sangat bernuansa Nietzschean: pertama, peran dari sejumlah kecil kaum superior sebagai sumber kreativitas; dan kedua, efek negatif dari kelompok mayoritas yang antipati terhadap klaim-klaim kaum kreatif minoritas. Schumpeter menjadikan tema kepemimpinan kreatif (creative leadership) sebagai isu sentral dalam konsepsinya tentang kapitalisme. Memang Schumpeter bukan orang pertama yang melakukan hal itu tapi ia mampu mengembangkan implikasi-implikasi dari kepemimpinan kreatif lebih luas dan mengintegrasikannya dengan ilmu ekonomi yang ada saat itu.[4]
Akhir abad ke-19, W.H. Mallock, pernah menulis serangkaian buku yang menyatakan bahwa proses material mayoritas orang ternyata bergantung pada sekelompok kecil elit yang berbakat. Perkembangan ekonomi didasari oleh kontribusi-kontribusi yang tidak sama, kata Mallock, dan kontribusi tersebut mempunyai ketidaksetaraan ekonomis sebagaimana ketidaksetaraan balasan yang diperoleh oleh masing-masing mereka. Mallock pertama kali mempresentasikan pandangannya dalam bukunya, Social Equality (1882) dan mengembangkannya dalam Aristocracy & Evolution (1894). Schumpeter adalah pemuja buku Mallock itu. Menurutnya, Mallock adalah seorang analis yang sangat berjasa “yang dilupakan dan tak pernah diakui oleh ekonom-ekonom karena keberaniannya mengatakan kebenaran yang tidak populer.”
Tema Pertama: Kreativitas sebagai inti Konsepsi Entrepreneurship Schumpeter
Awal mula sekali dari karirnya, Schumpeter telah memikirkan kreativitas, evolusi, dan individu-individu superior sebagai isu sentral dalam penjelasan sosio-saintifik beserta implikasi-implikasinya dan dalam penjelasan ilmu ekonomi. Tema elit kreatif digambarkan dalam buku Schumpeter yang pertama, The Nature and Major Principles of Political Economy (1908) yang secara eksplisit penuh dengan tema-tema Nietzschean.[5] Setelah 600 halaman bertele-tele menjelaskan elemen-elemen statis dan stabil dalam kapitalisme, dia menekankan bahwa kapitalisme pada faktanya dinamis dan selalu “berusaha” (dalam bahasa ilmiah disebut “kehendak kuasa”, “wille zur mucht” atau “kehendak untuk mendominasi”, “Heerenwillen”) dalam menjelaskan dinamismenya [6]
Peran elit kreatif dalam proses ekonomi adalah subjek dari karya utamanya yang kedua, The Theory of Economic Development (1911). Di buku inilah ia mulai memasukkan teorinya tentang entrepreneurship. Menurut Schumpeter, Adam Smith telah keliru dan menyesatkan dengan asumsi-asumsinya yang terlalu “egaliter” dan menganggap sepele peran individu-individu yang superior.[7] Schumpeter beranggapan bahwa hukum penawaran dan permintaan, yang telah menjadi fokus ekonomi semenjak Smith, melewatkan apa yang paling esensial dari kapitalisme, yaitu transformasi dinamisnya. Sumbernya ada pada entrepreneur-entrepreneur, sosok yang telah diabaikan dalam pemikiran ekonomi abad ke-19.
Schumpeter membedakan entrepreneur dengan pemilik modal, investor atau manajer – peran-peran yang seringkali dibingungkan dengan istilah entrepreneur. Fungsi entrepreneur menurut Schumpeter adalah untuk memperkenalkan inovasi ekonomi. Inovasi tersebut bisa berbentuk;
1. memperkenalkan komoditas baru atau yang lebih baik secara kualitatif dari komoditas yang sudah ada
2. menemukan pasar baru
3. menemukan metode produksi dan distribusi baru
4. menemukan sumber produksi baru untuk komoditas yang sudah ada atau
5. memperkenalkan organisasi ekonomi yang baru. [8]
Peran entrepreneur adalah untuk mendobrak rutinitas kebiasaan kehidupan ekonomi dan hal ini membutuhkan energi dan mental kreatif yang sungguh langka dan luar biasa.[9] ini membutuhkan “kekuatan kreatif dan paksaan yang dominan” kata Schumpeter.[10] Upaya inovasi juga bisa dengan membuat firma-firma baru untuk membawa utilisasi yang lebih efisien dari faktor produksi. Hal itu, kata Schumpeter adalah tugas yang berat dan membutuhkan kemampuan khusus. Apalagi sejak ia mengundang resistensi sosial dan politik.[11]
Inovasi yang baru membuat sang inovator menguasai pasar tunggal tanpa pesaing. Keuntungan-keuntungan spektakuler akan diperoleh inovator yang memiliki monopoli. Akhirnya orang lain pun meniru inovasinya dan terciptalah kompetisi. Pasar tak lagi dikuasai pemain tunggal. Penghasilan sang inovator yang awalnya besar kemudian menyusut demi mempertahankan diri di tengah persaingan. Hasilnya adalah penurunan keuntungan dan kehidupan ekonomi kembali ke situasi yang normal dan statis (aliran sirkuler). Kejayaan dan kemunduran perusahaan air minum Aqua di Indonesia bisa dijadikan contoh yang menguatkan teori Schumpeter ini.
Entrepreneur yang sukses membuat inovasi akan memperoleh keuntungan yang besar, “tapi dia juga memenangkan orang lain, membuka jalan dan membuat model yang bisa mereka jiplak. Orang lain bisa dan akan mengikutinya. Pertama mungkin hanya seorang dua orang tapi kemudian menjadi segerombolan.[12] Pola pasang surut yang memutarkan siklus bisnis (business cycle) ini kata Schumpeter bisa dijelaskan dengan tahap pengenalan, imitasi, dan absorpsi (penyerapan, pengisapan) kluster-kluster dalam inovasi-inovasi entrepreneur.
Seorang entrepreneur tak hanya memenuhi fungsi ekonomi, tapi ia juga merepresentasikan sebuah tipe psikologis. Tipe psikologis ini tak bisa dijelaskan dengan skema motivasi-motivasi yang biasa digunakan ekonom. Seorang usahawan lebih dimotivasi oleh “mimpi menemukan kerajaan abadi,” sering kali semacam dinasti trans-generasi. Ia digerakkan kehendak yang bisa membuat seseorang superior terhadap seseorang yang lain dan perolehan finansial lebih dinilai sebagai “index kesuksesan dan simptom kemenangan.”
“Kebahagiaan karena bisa menciptakan sesuatu, menjadikan sesutu terwujud atau mengolah energi dan ketidakaslian seseorang”[13] ini adalah elemen non-utilitarian dari aktivitas kapitalis yang oleh Schumpeter coba untuk ditangkap kembali. Sebagaimana yang ia letakkan kemudian, ketika menjelaskan perkembangan kapitalisme, “utilitarianisme hanya bisa dijelaskan sebagai kesalahan yang lengkap sejak konsepsi rasionalitasnya tentang tingkah laku individu dan institusi-institusi sosial secara nyata dan secara radikal benar-benar salah.” [14]
Proses inovasi yang dijelaskan dalam The Theory of Economic Development bisa diterapkan ke dalam aspek kehidupan lainnya dengan sama baiknya.[15] Pembedaan antara pemimpin dan pengikut, antara mereka yang secara esensial melanjutkan cara yang telah diberikan dalam melakukan sesuatu dengan mereka yang membuat metode baru, ada dalam setiap aspek kehidupan, tak hanya ekonomi. [16]
Beberapa implikasi yang lebih luas dari pendirian-pendirian Schumpeter atau pemahaman sosio-saintifik tentang peran elit dituliskan dalam “Social Classes in an Ethnically Homogenous Environtment,” sebuah esai dengan tema yang ia eksplorasi dalam kuliah-kuliahnya sebelum Perang Dunia I, tapi baru dipublikasikan beberapa tahun kemudian. Schumpeter mencantumkan peranan kemampuan/kecerdasan dalam menentukan struktur kelas – baik kemampuan yang diwariskan maupun yang diperoleh lewat kemungkinan-kemungkinan yang ditawarkan oleh posisi sosial.[17]
Menurut Schumpeter, Marxis benar ketika mencantumkan signifikansi kelas sosial, tapi mereka lemah ketika menjelaskan bagaimana kelas-kelas muncul. Ada mobilitas yang jauh lebih kompleks (baik itu ke dalam dan ke luar dari borjuasi modern) dari yang biasanya dianggap. Dan pergerakan itu tergantung bakat dan tingkah laku individu-individu dan keluarga-keluarga. Bagi kapitalis borjuis Eropa abad 19, mobilitas sosial tergantung pada kemampuan: menabung, berinvestasi, serta keterampilan teknis, komersial dan kepemimpinan administratif dalam usaha-usaha milik keluarga. Ini tidak cocok dengan asumsi Marxis tentang “akumulasi otomatis” yang kaya makin kaya dan yang miskin musnah. Apa yang gagal disebutkan oleh Marxis (dan sebetulnya tidak hanya Marxis) adalah fakta adanya “deklinasi otomatis” di bawah kondisi-kondisi kapitalisme kompetitif. Tiadanya inovasi investasi dan metode yang benar membuat usaha keluarga menurun.
Mobilitas sosial dalam korporasi modern juga tergantung pada tingkah laku dan bakat. Karakter yang diidealisasikan oleh Schumpeter adalah karakter yang dibutuhkan untuk jadi usahawan dan meraih kenaikan posisi ke tingkat elit yang baru. Kualitas semacam energi, intelegensi dan visi. Kepemimpinan korporat membutuhkan kualitas-kualitas berbeda seperti kemampuan mengelola sumber daya manusia, daya tahan serta ketajaman visi dalam persaingan dan persinggungan yang tiada akhir.
Tema Kedua: Resentment yang Muncul Sebagai Respon terhadap Entrepreneur
Tema Nietzschean yang kedua yang mempengaruhi karya-karya Schumpeter adalah Resentment: (kemarahan, kedengkian, kesebalan, kedongkolan) antipati psikologis dari kelompok inferior mayoritas terhadap kaum superior minoritas, dan kesebalan kelompok mayoritas dengan tidak menghargai pencapaian-pencapaian orang-orang yang kreatif dan sukses.[18]
Dalam Theory of Economic Development (1911) Schumpeter menyatakan bahwa sentimen anti-entrepreneur bersifat inheren / melekat dalam masyarakat kapitalis. Dinamisme yang disuntikkan oleh entrepreneur ke dalam masyarakat kapitalislah yang membuatnya menjadi objek antipati. Kemunculan entrepreneur baru – yang berarti juga munculnya produksi dan organisasi baru – akan mengakibatkan penurunan ekonomi relatif mereka yang tengah berada dalam status quo.
Proses mobilitas sosial menurun (Deklassierung), ditekankan Schumpeter, sebagai perlawanan yang tak terelakkan tehadap sisi dinamis kapitalisme – inilah apa yang nantinya ia sebut dengan “Creative Destruction.”[19] Sebagaimana Marx, Schumpeter beranggapan bahwa kapitalisme menciptakan oposisinya sendiri. Bedanya, menurut Schumpeter oposisi tersebut muncul bukan karena pemiskinan material tapi karena Resentment (antipati/kedengkian/kemarahan) psikologis yang tercipta oleh dinamisme entrepreneurship.
Asumsi-asumsi tersebut bersandar pada minat Schumpeter dalam menjelaskan daya tarik sosialisme. Dalam usahnya menjelaskan daya tarik sosialisme, Schumpeter tidak hanya membawa dari Nietzsche tapi juga dari teoritikus Politik Italia, Vilfredo Pareto.[20] Pareto memandang sosialisme irasional secara ekonomik dan menjelaskan kenapa ia begitu berpengaruh pada massa buruh dan intelektual-intelektual. Esai Pareto tahun 1901 “The Rise and Fall of Elites” menyampaikan 2 tema yang berulang kali diulas Schumpeter: keniscayaan elit dan urgensi dorongan-dorongan non-rasional dan non-logis dalam menjelaskan aksi sosial. Pareto menganggap bahwa meskipun seandainya doktrin sosialisme menang, realitas elit takkan berubah. Tema-tema tersebut akan muncul dalam karya-karya Schumpeter.
Kesimpulan
Orang-orang yang statis atau bertindak seperti kebanyakan orang tidak akan membawa perubahan. Investigasi empiris Schumpeter terhadap sesuatu di balik dinamika perubahan ekonomi membawanya ke tema “kreativitas dan inovasi “. Dan aktor ekonomi yang membawa inovasi tersebut adalah aktor superior yang jarang dan sedikit yang disebut “entrepeneur”. Jadi entrepreneur adalah pelaku ekonomi yang inovatif yang akan mendobrak keseimbangan dan kejenuhan kehidupan untuk membawanya ke tingkat “akumulasi” yang tinggi.
Entrepreneur mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru, (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Dobrakan dan dinamisasi yang ditimbulkan entrepreneur ternyata mendatangkan kompetitor dan Resentment (kemarahan) banyak orang yang berada dalam status quo. Ekonomi pun berangsur mengalami “deklinasi” atau kembali ke pola, ritme dan rutinitas nya yang biasa. Menurut Schumpeter hal ini sudah inheren dan tak perlu dikhawatirkan karena demikianlah entrepreneur bekerja memutarkan business cycle.
Dibandingkan dengan konsepsi Kapitalisme Kreatif Bill Gates, yang berarti “sebuah pendekatan di mana pemerintah, sektor bisnis, dan kegiatan-kegiatan nirlaba, saling bekerjasama untuk memperluas jangkauan pasar, sehingga akan semakin banyak manusia yang memperoleh insentif (keuntungan),” maka konsepsi Schumpeter ini memiliki banyak kesamaan. Menggelembungkan pasar finansial adalah tindakan yang naif (untuk tidak mengatakan bodoh). Sudah saatnya pembangunan diarahkan ke infrastruktur sektor riil dan peningkatan kesejahteraan publik secara massif.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari semua ini.
[1] Untuk lebih jelas lihat artikel artikel Sidelsky, “Time to Bid Farewell to Neo-Classical Revolution.”
[2] Biografi Schumpeter ini dikutip dari Jerry Z. Muller, The Mind and The Market (Alfred A. Knopf, N.Y, 2002) hal. 289 yang ia peroleh dari Richard Swedberg, Schumpeter: A Biography (Princeton, N.J., 1991) dan Wolfgang F. Stolper, Joseph Alois Schumpeter: The Public Life of a Private Man (Princeton, N.I., 1994).
[3] Jerry Z. Muller, The Mind and The Market, (Alfred A. Knopf, N.Y, 2002) hal. 290.
[4] Ibid., diambil dari Enrico Santarelli dan Enzo Pesciarelli, “The Emergence of a Vision: The Development of Schumpeter’s Theory of Entrepreneurship,” History of Political Economy, vol. 22, no. 4 (1990), hal. 677-696.
[5] Untuk tinjauan yang menarik tentang Nietszhe lihat bab “Friedrich Nietzsche” oleh Werner J. Dannhauser, dalam Leo Strauss dan Joseph Cropsey (ed.) History of Political Thought (Chicago, 1963).
[6] Ibid., aslinya terdapat di Joseph A. Schumpeter, Das Wesen und der Hauptinhait der Nationalökonomie, (Leipzig, 1908), hal. 615, 618.
[7] Untuk efek negatif analisis ekonomi yang mengesampingkan elit, lihat komentar Schumpeter terhadap Adam Smith dalam History of Economic Analysis, hal 186: “A judiciously diluted Rousseanism is also evident in the equalitarian tendency of his economic sociology. Human beings seemed to him to be much alike by nature, all reacting in the same simple ways to very simple stimuli, differences being due mainly to different training and different environments. This is very important considering A. Simth’s influence upon nineteenth-century economics. His work was the channel through which eighteenth-century ideas about human nature reached economists.”
[8] Joseph A. Schumpeter, The Theory of Economic Development (New Brunswick, N.J., 1983), hal. 66.
[9] Ibid., hal 86.
[10] Ibid., hal 147. Istilah yang digunakan Schumpeter adalah “The Creative Power of Leader.”
[11] Ibid., hal 133.
[12] Ibid.
[13] Ibid., hal 92-93.
[14] Joseph A. Schumpeter, History of Economic Analysis, hal 409.
[15] Op.Cit., hal. 542-546. Dalam pengantar edisi terjemahan Bahasa Inggris tahun 1934, Schumpeter menyebutkan “the theory of cultural evolution, which is important points presents striking analogies with the economic theory of this book.” Theory, hal. 1xiii.
[16] Ibid., hal. 542-545.
[17] Schumpeter, “Social Classes,” hal 274.
[18] Tema ini banyak dibahas dalam karya Nietzsche, On the Genealogy of Morality.
[19] Theories, Op.Cit., hal. 534.
[20] The Mind, Op.Cit., hal. 294.
BIOGRAFI Condoleezza Rice
. Condoleezza Rice, Ph.D. (kadang disebut Condi Rice) (lahir 14 November 1954; umur 55 tahun), adalah mantan Sekretaris Negara AS. Dia adalah wanita Afrika-Amerika pertama, orang Afrika-Amerika kedua (setelah Colin Powell), dan wanita kedua (setelah Madeleine Albright) yang menjabat di posisi ini.
Rice adalah Penasehat Keamanan Nasional AS kepada Presiden George W. Bush pada masa bakti pertamanya. Dia adalah orang Afrika-Amerika kedua dan wanita pertama yang mendapat jabatan Penasehat Keamanan Nasional.
Pada November 2004, Bush menominasikannya untuk menggantikan Colin Powell sebagai Sekretaris Negara. Pada 26 Januari 2005, Senat AS memastikan nominasinya melalui pemungutan suara dengan hasil 85-13, dan dia pun dilantik hari itu juga.
•
Awal hidup dan pendidikan
Rice lahir di Birmingham, Alabama sebagai anak tunggal Angelena Rice dan John Wesley Rice, Jr. Ayahnya menjadi pendeta di Gereja Presbyterian Westminster dan ibunya adalah seorang guru musik.
Pada 1967, keluarganya pindah ke Denver ketika ayahnya menerima jabatan administratif di Universitas Denver. Namanya adalah sebuah variasi istilah musik Italia con dolcezza yang merupakan petunjuk untuk bermain “dengan manis”. [1]
Rice masih berusia delapan tahun ketika teman sekolahnya Denise McNair terbunuh dalam pemboman Gereja Baptis Sixteenth Street, yang jemaatnya mayoritas merupakan orang Afrika-Amerika, oleh para pendukung keunggulan bangsa kulit putih pada 15 September 1963. Rice berkata bahwa masa kecilnya dalam masa perbedaan ras mengajarkannya untuk melawan permusuhan, dan perlunya untuk menjadi “dua kali lebih baik” daripada non-minoritas. [2].
Karir
Rice merupakan salah satu pendukung terbesar invasi AS terhadap Irak 2003. Setelah Irak memberikan deklarasinya mengenai senjata pemusnah massal kepada PBB pada 8 Desember 2002, Rice-lah yang menulis dan mengirimkan editorial kepada The New York Times yang berjudul "Why We Know Iraq Is Lying" ("Kenapa Kita Tahu Irak Sedang Berbohong").
Pada Agustus 2004, majalah Forbes menamakan Rice sebagai wanita dengan kekuasaan terkuat di dunia. [3]
Prospek masa depan
Setelah pemilu presiden AS 2004, seorang host radio Republican mendukung pencalonan Rice sebagai Presiden dalam pemilu presiden AS 2008.
Kunjungan ke Indonesia
Rice berkunjung ke Indonesia selama dua hari pada tanggal 14 dan 15 Maret 2006. Rice menyampaikan misinya untuk meningkatkan kerja sama dalam memerangi terorisme, peningkatan kerja sama militer, perlindungan HAM, mengatasi flu burung, dukungan Indonesia mengatasi masalah nuklir Iran, masalah Palestina, dan masalah HAM dan hubungan internasional Myanmar.
Rice juga mengungkapkan pujian kepada toleransi antaragama dan demokrasi di Indonesia. Mengenai sentimen anti-Amerika di beberapa kalangan Rice menanggapi bahwa kebijakan AS tidak selalu populer tetapi berharap ada pengertian bahwa AS memiliki hormat yang dalam terhadap masyarakat Indonesia, dan untuk kepercayaannya yang beragam.
Trivia
• Rice telah beberapa kali dalam wawancara dengannya menyatakan bahwa dia ingin menjadi Komisioner National Football League.
• Rice belum menikah.
• Rice memanfaatkan latihan pianonya untuk mengiringi pemain cello Yo-Yo Ma dalam memainkan Violin Sonata in D minor karya Johannes Brahms di Constitution Hall pada April 2002 [4].
• Pada November 2004, Rice menjalani operasi untuk mengeluarkan sebuah tumor fibroid yang tidak berbahaya dari rahimnya.
Sumber
• Nordlinger, Jay. "Star-in-waiting: meet George W.'s foreign-policy czarina". National Review. (30 Agustus 1999)
• Plotz, David. "Condoleezza Rice: George W. Bush's celebrity adviser". Slate. (12 Mei 2000)
• Pengarang tidak diketahui. "Smart, savvy, strong-willed Rice charts her own course". CNN. (2001)
• Marinucci, Carla. "Critics knock naming oil tanker Condoleezza". San Francisco Chronicle. (5 April 2001)
• Marinucci, Carla. "Chevron redubs ship named for Bush aide". San Francisco Chronicle. (5 Mei 2001)
• Marinucci, Carla. "Security adviser Rice weighs run for governor". San Francisco Chronicle. (27 Februari 2003)
• Pengarang tidak diketahui. "Rice says race can be 'one factor' in considering admissions". CNN. (18 Januari 2003)
• Stern, Teresa. "Affirmative action on trial". Ms. Magazine. (Maret 2003)
• Pengarang tidak diketahui. "The amazing stories of Condoleezza Rice". Buzzflash. (25 Juli 2003)
• Bayé, Betty. "Condoleezza Rice gets little slack from her African-American critics". The Courier-Journal. (2 Oktober 2003)
• Becker, Maki. "Twenty things about Condi". New York Daily News. (4 April 2004)
Bacaan lanjutan
• Rice, Condoleezza with Zelikow, Philip D. Germany Unified and Europe Transformed: A Study in Statecraft. Harvard University Press. hardcover (1995), 520 pages, ISBN 0-674-35324-2; trade paperback, 1997, 520 pages, ISBN 0-674-35325-0.
• Rice, Condoleezza & Dallin, Alexander (eds.) (1986). The Gorbachev Era. Stanford Alumni Association, trade paperback (1986), ISBN 0-916318-18-4; Garland Publishing, Incorporated, hardcover (1992), 376 pages, ISBN 0-8153-0571-0.
• Rice, Condoleezza (1984). Uncertain Allegiance: The Soviet Union and the Czechoslovak Army. Princeton University Press. ISBN 0-691-06921-2
• Felix, Antonia (2002). Condi: The Condoleezza Rice Story. ISBN 1-55704-539-9
• Kettman, Steve. Bush's Secret Weapon. Salon.com.
• Ditchfield, Christin (2003). Condoleezza Rice: National Security Advisor (Great Life Stories) Franklin Watts ISBN 0-531-12307-3
• Wade, Linda R. (2002). Condoleezza Rice: A Real-Life Reader Biography (Real-Life Reader Biography) Mitchell Lane Publishers ISBN 1-58415-145-5
• Ryan, Bernard, Jr. (2003). Condoleeza Rice: National Security Advisor and Musician (Ferguson Career Biographies) Facts on File ISBN 0-8160-5480-0
• Wade, Mary Dodson (2003). Condoleezza Rice: Being The Best Millbrook Press Lerner Books ISBN 0-7613-1927-1
• Sullivan, Andrew. Bush-Rice 2004?. Andrew Sullivan
• Cornwell, Rupert (2005). From the axis of evil to the outposts of tyranny. The Independent